everythink me

everythink me
its me

Senin, 05 November 2012

Satu Kota dalam dua benua Istambul

Istanbul, Konstantinopel zaman dahulu di Turki dengan segala peninggalan dan budaya dari Romawi kuno. Keindahan dan keunikannya semakin lengkap ketika saya bisa mengunjungi kota ini di dua benua sekaligus, yaitu Asia dan Eropa!
Perang Salib, sebuah sejarah yang paling saya ingat dalam pelajaran sejarah selama sekolah. Konstantinopel yang kini dikenal sebagai Isatanbul, merupakan kota perdagangan bangsa-bangsa Eropa yang jatuh ke tangan Bani Seljuk.
Dalam sejarah sangat terlihat betapa pentingnya Konstantinopel bagi semua bangsa. Keberadaan Konstantinopel atau Istanbul pun mencuri pikiran dan menimbulkan pertanyaan pada diri saya. Mengapa banyak bangsa yang rela mempertaruhkan harta dan nyawanya untuk bisa merebut Konstantinopel?
Akhirnya, 18 November tahun lalu saya bisa menemukan jawabannya. Hari itu saya mendarat di Bandara Sabiha Gokcen, Istanbul Jumat siang sekitar pukul 13.30 waktu setempat, setelah menempuh perjalanan menggunakan Easyjet dari Bandara London Luton.
Setibanya di Bandara Sabiha Gokcen, saya langsung meneruskan perjalanan dengan Airport Bus menuju Taksim Square. Taksim Square merupakan salah satu titik pusat Kota Istanbul. Daerah ini pun menjadi tempat nongkrong anak muda Turki. Di tempat gaul itu, saya pun hanya hanya membeli makan siang di restorn cepat saji dengan harga 7 lira. Selanjutnya saya pun kembali menuju Distrik Sultan Ahmed dengan menaiki Metro Tramvay dengan jurusan Kabatas.
Sesampainya di Stasiun Emionu aku dipersilakan naik ke atas untuk melanjutkan perjalanan menggunakan Tramvay ke Sultan Ahmed. Di situlah saya terkagum-kagum melihat melihat Istanbul sebagai sebuah daratan yang di kelilingi lautan biru yang tenang.
Selat Bosphorus dan Laut Marmara menjadi hiasan untuk kota tersebut. Itulah jawaban atas pertanyaan saya saat mempelajari sejarah. Istanbul adalah kota terindah yang pernah saya kunjungi.
“It’s an amazing city!” Dengan kondisi geografis yang dikelilingi lautan serta banyaknya peninggalan budaya dari setiap peradaban Romawi, Eropa dan peninggalan Muslim menambah cantik kota 1000 Minaret ini.
Walau saya berangkat dari kota yang sangat indah di Eropa, yaitu London dan Kota Edinburgh nan klasik dan indah. Buat saya keindahan Istanbul bisa mengalahkan dua kota tersebut. Mungkin hanya soal kemacetan saja yang membuat London dan Edinburgh terlihat lebih elok daripada Istanbul.
Perjalanan meggunakan Tramvay punb berahir di Sultan Ahmed. Di mana banyak tersedia penginapan untuk segala kelas ekonomi di sana. Saya pun memilih menginap di sebuah hotel semi hostel bernama Cordial House Hotel dengan tarif 25 Euro per malam.
Pasca salat Ashar dan berisitirahat sejenak, saya menghabiskan waktu di sekitaran Sultan Ahmed. Hingga akhirnya saya bisa merasakan nikmatnya salat Magrib dan Isya di Sultan Ahmed Mosque atau Blue Mosque.
Interior atap Bluw Mosque dipenuhi marmer biru. Saya lewati malam itu di Hippodrome, sebuah taman besar di depan Blue Mosque.
Keesokan harinya saya mengikuti Fullday Tour yang dimulai dari Golden Horn. Golden Hour merupakan sebuah teluk yang sangat tenang dan tempat dimulainya Sultan Ahmed sang Conqueror menaklukan Istanbul pada tahun 1400-an.
Uniknya, Fullday Tour di Istanbul karena setiap hotel pasti bekerjasama dengan Travel Tour untuk menawarkan paket tur. Oleh sebab itu, saat saya membayar paket tur di hotel, pihak travel langsung menjemput di hotel tempat saya menginap.
Dari Golden Horn saya menyusuri Laut Bosphorus selama 1 sampai 2 jam menggunakan kapal yang tak terlalu besar, sambil menikmati keindahan Kota Istanbul dari laut Bosphorus. “Wow, it’s an amazing expereince for me,” mungkin itu salah satu bagian tur terbaik yang pernah saya alami.
Dari Laut Bosphorus saya bisa menimati keindahan Blue Mosque, Hagia Sophia, dan Topkapi Palace dari kejauhan. Indahnya Istana Dolmabahce Palace dari lautan, menjadikan istana tempat Ataturk sakit dan wafat ini semakin indah.
Dari sini saya juga bisa menikmati keindahan Jembatan Bosphorus dari lautan. Jembatan ini menghubungkan Istanbul Asia dan Istanbul Eropa atau bisa juga disebut jembatan antar benua yang menghubungkan Asia dan Eropa.
Tur pun dilanjutkan dengan mengunjungi Toscali Hill, sebuah bukit tempat Piere Lotti menghabiskan waktunya menulis tetang keindahan kota Istanbul. Dari Puncak Toscali Hill saya dan rombongan turun menggunakan kereta gantung sembari menikmati keindahan Istanbul dari udara. Setelah itu, tur dilanjutkan dengan makan siang di sebuah restoran yang terletak di sekitaran kompleks Masjid Sultan Ahmed.
Perjalanan selanjutnya siang itu diteruskan di Dolmabahce Palace untuk melihat kemewahan istana para Raja Turkis atau Turki bergelimang kemewahan sekaligus tempat yang terakhir kali ditinggali Ataturk, Bapak Republik Turki.
Sore harinya saya mengunjungi Bosphorus Bridge melalui jalur darat dan menjejakkan kaki untuk kedua kalinya di asia dalam 2 hari, setelahnya dilanjutkan dengan perjalanan menuju Eropa di Istanbul bagian Eropa. Keesokan harinya sebelum kembali menuju London Heathrow saya sempatkan untuk mengunjungi Hagia Sophia dan Topkapi Palace.
Setelah itu, dari hotel saya memesan Airport Shuttle menuju Attaturk International Airport. Satu lagi hal unik saya temukan karena pariwisata adalah sumber devisa utama Kota Istanbul di samping perdagangan. Wisatawan sangat dimanjakan dengan berbagai kemudahan akses dari dan menuju infrastruktur wisata di kota ini.
Bahkan Airport Shuttle dan kendaraan untuk tur sudah siap di setiap hotel. Oleh karena itu, turis pun merasa dimudahkan untuk berkunjung ke sana ke mari di Istanbul. Hal ini yang harusnya bisa dicontoh dan dipelajari oleh Stakeholder pariwisata di indonesia.
Hal lain yang cukup menarik ketika saya mengunjungi Istanbul dan kota-kota wisata lainnya adalah tersedianya bus Hoop on Hoop Off yang memiliki dua tingkat dan di bagian atasnya memiliki atap terbuka. Biasanya bus Hoop on Hoop Off di London, Edinburgh, Istanbul dan kota-kota wisata dunia lainnya mengenakan tarif yang berlaku 24 jam.
Tiket bus Hoop on Hoop Off tur di Istanbul sekitar 50 lira. Waktu yang dihabiskan untuk mengelilingi Kota Istanbul yang mengikuti rute adalah sekitar 2,5 jam. Rute yang dilewati selama perjalanan melalui Old Istanbul, Modern Istanbul, dan Istanbul bagian Asia.
Pokoknya, Istanbul bisa saya kategorikan sebagai “The city you should visit before you die!” karena saking indahnya. Hanya ada satu hal yang saya benci di Istanbul, yaitu kemacetannya yang mirip di Jakarta. Sisanya, “Istanbul everything to be one of the most wonderful city in the world!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar