Kadang kita memaki keadaan karena tidaklah sesuai dengan selera
kita.Kadang kita menyalahkan Allah atas sesuatu hal buruk yang menimpa
kita.
Seperti ketika sepasang suami istri yang sedang berkonflik. Mereka
akan dengan mudah menyalahkan satu- sama lain. Si suami mungkin tidak
menyenangi salah satu sifat istri, pun demikian halnya dengan sang
istri. Rasanya hati sudah penuh sesak dengan amarah, kesedihan dan
kesempitan. Ingin rasanya memaki, atau paling tidak mengeluarkan uneg-
uneg yang ada. Namun sering kali kemauan itu masih tertahan dengan masih
adanya iman.
Sejenak mari kita renungkan. Di dunia ini ada bermilyar manusia yang
mungkin bisa menjadi pasangan kita. Namun, Allah akhirnya mempertemukan
kita dengan pasangan kita saat ini, dan bukan dengan yang lain.
Pastilah semua itu bukan hanya karena kebetulan belaka. Ada skenario dan
pelajaran takdir yang bisa sama- sama kita pelajari. Hal tersebut
tidak lain adalah untuk menjadikan diri kita lebih baik dari pada
sekarang ini.
Kekurangan yang dimiliki istri ataupun suami, adalah pelengkap bagi
kelebihan yang lain. Namun sering kali batin manusia menyeru untuk
melirik kelebihan manusia lain selain istri atau suami mereka. Hal itu
karena mereka mungkin sejenak ingin meredakan diri dan mendamaikan hati
atas sebuah kekesalan. Maka ada istilah, “Rumput tetangga lebih hijau
dari pada rumput sendiri”.
Pernahkah kita membaca, padahal jika hati kita telah ikhlas menerima
ketetapan Allah, “Rumput sendiri” yang mungkin tidaklah lagi hijau,
justru yang telah berjasa “menghijaukan” kita. Betapa tidak, dari
kekurangan pasangan kita, kita belajar lebih bijaksana, kita belajar
sebuah pemakluman dan belajar sebuah kesabaran. Dan dari kelemahan diri
kita sendiri, kitapun belajar sebuah perbaikan, kita belajar meminta
maaf dan belajar menghindari kesombongan.
Dan Allah lah yang paling tahu tentang kebutuhan kita, kebutuhan
untuk menjadikan kita manusia lebih baik, kebutuhan untuk menjadikan
kita sangat lebih baik dari pada hari ini.Dan kebijaksanaan Allah
tersebut hanya dapat dipahami oleh para jiwa- jiwa yang ikhlas,hati-
hati yang lembut, dan para hamba yang mau belajar dan mempelajari hikmah
kehidupan.
Cerita lain yang seringkali menghinggapi batin kita dengan
kegelisahan adalah ketika kehidupan disudutkan pada sebuah kekurangan
terutama dalam hal materi. Terkadang, karena hal itu pula, aturan halal
dan haram pun menjadi sangat susah sekali untuk tetap digenggam erat.
Tak jarang, segala cara kita lakukan demi sebuah kelebihan dan keluasan
untuk memerdekakan hati yang sedih.
Saudaraku, percayalah kesempitan atau keluasan itu, bukan terletak
dari seberapa banyak atau sedikit materi yang kita punya, tapi hanyalah
masalah tentang penyikapan hati kita. Banyak dari saudara kita yang
sekarang dalam keluasan rejeki, namun mereka pun masih gusar tentang
bagaimana cara bahagia untuk sesuatu sangat simple. Berkumpul dengan
keluarga misalnya. Mungkin mereka menilai bahwa kita yang biasa- biasa
sekarang ini adalah lebih beruntung dan bahagia. Sadarkah kita jika saja
saat ini kita diberi kelebihan dan keluasan dalam hal apapun oleh Nya,
apakah masih akan ada waktu tersisa untuk sekedar menyapa Allah sang
Maha Rahman, apakah masih ada sejenak akses untuk mengingatnya seperti
dalamnya kemohonan kita saat kita memanjatkan doa saat sempitnya
kehidupan?. Sungguh Allah lah pencipta kita, dan Dia lebih tahu detail
pastinya tentang apapun dari kemampuan kita, melebihi diri kita sendiri.
Subhanallah, dalam berbagai hal, yang negatif dalam pandangan kita
sekalipun, ternyata disana tersimpan kasih sayang dari Sang Maha
Mencintai.
Jangan pernah sesali apa yang telah kita dapatkan atau yang telah
lepas dari genggaman. Jika sebelumnya kita telah melakukan usaha yang
terbaik, maka hasil akhir yang Allah beri itulah, upah yang terbaik
untuk kita.
Tidak semua keinginan di dunia ini terpenuhi atau dipenuhi secara
sempurna oleh Allah sang maha rahman. Semua tentu bukan berdasar tidak
adanya kasih sayang dari Nya. Namun semua adalah pasti dan tentu saja
yang terbaik untuk kita. Allah yang memegang ukuran atas kita. Dan hal
itu hanya dapat dipahami oleh batin yang percaya dan tetap percaya pada
Allah dalam keadaan apapun.
Saudaraku yang dirahmati Allah, sungguh, Allah lah yang maha penyayang atas hamba- hambaNya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar